Kesehatan

Demensia pada Lansia: Penyebab, Gejala dan Pencegahannya     

Demensia merupakan salah satu kondisi yang rentan dialami oleh lansia. Ada banyak penyebab demensia pada lansia terjadi, bisa disebabkan karena faktor internal maupun eksteral. Ketika seseorang mengidap demensia, maka kemampuan berpikir dan daya ingatnya menurun.

Lansia yang mengidap demensia akan berkurang kualitas hidupnya, sebab mereka akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap terkait demensia, berikut dengan penyebab, gejala dan cara mencegahnya.

Apa Itu Demensia?

demensia pada lansia
Ilustrasi lansia yang rentan mengalami demensia (Sumber: Freepik)

Demensia adalah kondisi yang ditandai dengan menurunnya daya ingat. Sebenarnya demensia bukanlah penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang mempengaruhi fungsi otak, baik dalam mengingat, berbicara, berpikir, maupun berperilaku.

Lansia yang mengalami demensia memiliki kondisi yang beragam, ada yang ringan hingga yang berat dan parah. Demensia juga akan memburuk seiring berjalannya waktu, sehingga dibutuhkan perawatan yang tepat agar gejalanya tak memburuk. Demensia terbagi dalam beberapa jenis, tergantung dari penyebabnya, diantaranya adalah:

1. Alzheimer

Merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. Pasien yang mengidap Alzheimer disebabkan karena mutasi genetik, biasanya diturunkan dari orang tuanya. Alzheimer juga bisa terjadikarena terbentuknya plak atau gumpalan protein di otak.

2. Demensia Vaskular

Berikutnya adalah demensia vascular, yakni gangguan yang terjadi pada fungsi otak karena kurangnya aliran darah. Seringkali demensia vascular disebabkan oleh stroke atau gangguan lain yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

3. Lewy Body Dementia

Merupakan jenis demensia progresif yang disebabkan oleh endapan protein di dalam sel otak. Karena adanya endapatan tersebut, fungsi otak menjadi terhambat karena sinyal yang harusnya disalurkan tak sampai ke organ tubuh lainnya.

Baca juga: Beda Lupa Normal dan Lupa Demensia

4. Demensia Frontotemporal

Ada pula demensia frontotemporal, yakni penyakit yang ditandai dengan kerusakan sel saraf di lobus frontal otak bagian depan. Pasien yang mengidap demensia frontotemporal akan berubah perilaku, kepribadian, serta kemampuan berbahasa dan berbicara.

5. Kombinasi Demensia

Merupakan kondisi khusus ketika pasien demensia mengidap lebih dari satu jenis demensia. Dibutuhkan perawatan khusus untuk mengobati jenis demensia kombinasi seperti ini.

Faktor Penyebab Demensia pada Lansia

Demensia pada lansia bisa disebabkan oleh banyak faktor, namun kerusakan sel saraf otak menjadi salah satu penyebab utamanya. Lansia yang mengidap stroke, infeksi katup jantung, serta gangguan pembuluh darah juga rentan mengalami demensia.

Terdapat faktor lain yang membuat seseorang lebih rentan mengalami demensia, diantaranya adalah:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat demensia.
  • Kebiasaan merokok.
  • Pola makan tidak sehat dan jarang berolahraga.
  • Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
  • Gangguan kognitif ringan.
  • Mengalami down syndrome.
  • Mengalami kolesterol tinggi, diabetes, maupun obesitas.

Baca juga: Kenali 7 Jenis Demensia Lansia yang Sering Terjadi pada Lansia

Gejala Demensia

demensia pada lansia
Ilustrasi lansia yang mengalami gejala demensia (Sumber: Freepik)

Terdapat beberapa tahap demensia pada lansia yang umum terjadi. Makin tinggi tahapannya, maka makin parah pula gejalanya. Berikut adalah tahapan gejala demensia yang sering terjadi, yakni:

1. Tahap Pertama

Di tahap ini, kemampuan dan fungsi otak pasien demensia masih berjalan normal. Biasanya belum ada gejala demensia yang terlihat.

2. Tahap Kedua

Pada tahap kedua, gejala demensia sudah mulai mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Misalnya, kesulitan melakukan aktivitas beragam, sulit mengambil keputusan, serta mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan. Seringkali tahap awal demensia ini juga menyebabkan pasien kesulitan memilih kata-kata.

3. Tahap Ketiga

Demensia pada lansia di tahap ketika adalah mulai terganggunya mental organik pasien. Biasanya lansia demensia mulai kesulitan melalui jalan yang biasanya dilalui, kesulitan mempelajari hal baru, hingga suasana hati yang tampak datar dan kurang bersemangat. Tidak jarang, pengidap demensia juga mengalami kemampuan bersosialiasi dan perubahan kepribadian.

4. Tahap Keempat

Kondisi ini termasuk parah, pengidap demensia mulai membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan untuk aktivitas sederhana mandi atau mengenakan pakaian, pasien akan kesulitan. Pada tahap ini, pasien juga mengalami perubahan pola tidur, kesulitan membaca dan menulis, hingga mulai berhalunasi dan mudah marah.

Baca juga: Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Saat Merawat Lansia Parkinson

5. Tahap Kelima

Ketika pengidap demensia sudah memasuki tahap kelima, maka pasien sudah mengidap demensia berat. Pada tahapan ini, lansia dengan demensia sudah tak bisa hidup mandiri. Mereka telah kehilangan kemampuan dasar seperti makan atau berjalan, bahkan mereka bisa saja tak mengenali keluarganya.

Perawatan Demensia

demensia pada lansia
Ilustrasi lansia yang melakukan perawatan untuk demensia (Sumber: Freepik)

Belum ada pengobatan untuk mencegah demensia, perawatan demensia dilakukan untuk membantu penderita berdapatasi dengan kondisinya sekaligus tidak memperparah gejala. Perawatan yang disarankan antara lain:

1. Terapi Khusus

Demensia pada lansia bisa diringankan gejalanya dengan beberapa terapi, misalnya terapi stimulasi kognitif untuk merangsang daya ingat dan kemampuan berbahasa. Pasien juga bisa melakukan terapi okupasi untuk pembelajaran ulang melakukan aktivitas sehari-hari, dari mengontrol emosi hingga aktivitas sederhana.

Terapi lainnya yang disarankan adalah terapi mengingat untuk membantu penderita mengingat riwayat hidupnya. Terakhir ada terapi rehabilitasi kognitif untuk melatih bagian otak pasien yang tidak berfungsi, sehingga bagian otak yang masih sehat bisa dimaksimalkan.

2. Dukungan Keluarga

Pemberian terapi tak akan berjalan optimal tanpa dukungan dari keluarga. Anggota keluarga disarankan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang singkat dan mudah dipahami, bisa juga dengan melakukan aktivitas bersama yang meningkatkan kemampuan kognitif.

Cara lainnya adalah dengan menciptakan kebiasaan baik bagi pengidap demensia. Mulai dari memberikan buku agenda sebagai media pengingat kegiatan, melakukan olahraga rutin, hingga menghadirkan pengobatan sesuai kondisi lansia.

Baca juga: Perawatan Lansia, Pengertian, Jenis dan Plus Minus

3. Konsumsi Obat-Obatan

Dokter bisa saja meresepkan obat-obatan untuk pasien yang mengidap demensia. Jenis obat yang diberikan bervariasi, tergantung dengan kondisi pasien. Beberapa pilihan obat yang mungkin diberikan antara lain antidepresan, piracetam, antiansietas, hingga nicergoline.

4. Tindakan Operasi

Demensia yang disebabkan oleh tumor otak, cidera otak, ataupun hidrosefalus bisa ditangani dengan melakukan operasi. Tindakan ini akan membantu memulihkan gejala, dengan catatan jika belum terjadi kerusakan permanen pada otak.

Pencegahan Demensia

Demensia pada lansia bisa saja dicegah dengan menjalankan pola hidup yang sehat. Kebiasaan baik ini bisa dimulai dari berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan yang minim bahan pengawet maupun pemanis buatan.

Mengonsumsi suplemen serta vitamin otak juga disarankan untuk menjaga kesehatan otak. Lakukan pemeriksaan secara teratur untuk mengontrol kadar gula darah, kolesterol, serta tekanan darah. Pasien bisa berkonsultasi ke dokter apabila mengalami gangguan mental untuk meminimalisir terjadinya kerusakan otak.

Merawat dan mencegah demensia pada lansia dibutuhkan pantauan yang intensif. Anda bisa menggunakan layanan perawat dari Caregiver ID. Hubungi kami untuk memilih perawat yang professional sesuai dengan kebutuhan Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *