Kupas Tuntas Berbagai Jenis Stroke pada Lansia, Seperti Apa Gejalanya?
Jenis stroke pada lansia bervariasi, namun masing-masing tetap harus dirawat secara intensif. Apabila kondisi stroke tak segera mendapatkan pertolongan, nyawa lansia bisa saja tak terselamatkan.
Tiap stroke biasanya memiliki penanganan yang berbeda, tergantung dari gejala yang muncul. Agar penangannya tak bermasalah dan tepat sasaran, ketahui perbedaan tiap stroke dalam penjelasan berikut.
Jenis Stroke pada Lansia yang Sering Terjadi
Stroke merupakan kondisi ketika pembulh darah di otak mengalami penyumbatan maupun pecah. Ada beragam jenis stroke, namun yang paling sering dialami oleh lansia adalah:
1. Stroke Iskemik
Merupakan jenis stroke pada lansia yang paling sering terjadi. Tidak hanya pada lansia, stroke iskemik juga bisa menyerang mereka yang usianya lebih muda. Stroke ini bisa terjadi karena adanya gumpalan darah yang menyumbat pembulh darah dan oksigen di area otak.
Ketika mengalami stroke iskemik, sel-sel di otak pun kehilangan oksigen dan nutrisi, sehingga perlahan-lahan akan mati. Stroke iskemik terbagi lagi menjadi dua jenis, yakni stroke trombotik dan emboli. Stroke trombotik terjadi ketika ada gumpalan darah di pembuluh arteri yang menyuplai darah ke otak, sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan darah di area tubuh lain, namun gumpalan in bergerak ke otak.
Gejala yang sering muncul pada jenis stroke pada lansia ini seringkali terjadi secara tiba-tiba, beberapa diantaranya adalah:
- Mati rasa atau kelemahan pada area tubuh tertentu, terutama di wajah, lengan, kaki di satu sisi tubuh.
- Mengalami kesulitan untuk berbicara.
- Kesulitan untuk berjalan dan beraktivitas seperti biasanya.
- Pandangan mata yang kabur dan berbayang.
- Hilangnya kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
- Sakit kepala yang parah dan terjadi secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas.
Baca juga: Ketahui 7 Mitos dan Fakta Terkait Penyakit Stroke
2. Stroke Hemoragik
Berikutnya adalah jenis stroke pada lansia yang kasusnya tak begitu besar di Indonesia, yakni stroke hemoragik. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah yang ada di otak mengalami kebocoran atau pecah sehingga memberikan tekanan yang besar pada jaringan otak.
Apabila tak segera tertolong, tekanan pada jaringan otak akan menyebabkan kerusakan sel otak. Bahkan kerusakan tersebut bisa terjadi secara permanen, yang akhirnya membuat penderita mengalami kecacatan. Walaupun lebih jarang terjadi, namun stroke hemoragik memiliki penyebab kematian yang lebih tinggi.
Gejala stroke hemoragik tak berbeda jauh dengan stroke iskemik, beberapa tanda dan gejala yang perlu diwaspadai adalah:
- Kelemahan tubuh yang terjadi secara tiba-tiba.
- Mengalami mati rasa atau lumpuh pada salah satu atau sebagian anggota tubuh.
- Jenis stroke pada lansia ini membuat pengidapnya mengalami kesulitan untuk berbicara.
- Tidak dapat mengontrol pergerakan bola mata.
- Mengalami kejang, bahkan kehilangan kesadaran diri.
- Sakit kepala hebat yang muncul secara tiba-tiba.
Baca juga: Langkah Diet Pasien Stroke untuk Jaga Berat Badan
3. Stroke Ringan
Jenis stroke pada lansia juga bisa terjadi dalam kadar yang rendah, yakni stroke ringan. Kondisi stroke ini bisa terjadi karena adanya penumpukan plak pada pembuluh darah arteri. Lansia yang mengalami stroke ringan bisa saja sembuh, namun tetap membutuhkan perawatan yang intensif.
Gejala pada stroke ringan juga bisa terjadi secara tiba-tiba dan tetap harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin. Apabila lansia pengidap stroke ringan tak merubah pola hidupnya, besar kemungkinan ia akan mengalami stroke lain yang lebih parah.
Gejala awal stroke ringan tak beda jauh dengan stroke lainnya, beberapa yang paling kentara dan sering terlihat yakni:
- Mengalami kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh, biasanya di area wajah, lengan, maupun kaki.
- Jenis stroke pada lansia ini juga menyebabkan kesulitan berbicara atau cadel.
- Kehilangan penglihatan di salah satu atau kedua mata.
- Mengalami vertigo secara terus menerus.
- Kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh.
Baca juga: Gejala Hipertensi pada Lansia yang Harus Diwaspadai
4. Stroke Mata
Jenis stroke pada lansia yang terakhir adalah stroke mata. Sering dianggap sepele, stroke jenis ini akan membuat penderitanya kesulitan untuk beraktivitas. Pasalnya stroke mata merusak jaringan saraf dan membuat penglihatan menurun.
Stroke mata bisa terjadi karena sirkulasi pembuluh darah yang buruk, khususnya di bagian depan saraf optik. Kondisi ini kemudian menyebabkan suplai darah ke bagian mata berkurang, begitu pula suplai nutrisi dan oksigen. Pembuluh darah yang tersumbat pun bisa mengakibatkan pembengkakan pada area mata yang menyebabkan retina rusak.
Gejala stroke mata berkaitan dengan kondisi penglihatan serta bisa berlangsung dalam hitungan jam atau hari, diantaranya:
- Gangguan penglihatan yang tidak disertai dengan rasa nyeri pada mata.
- Pandangan berkunang-kunang atau terlihat muncul bintik-bintik putih pada penglihatan.
- Mengalami penglihatan kabur yang terus memburuk, bisa terjadi di salah satu atau kedua mata.
- Kehilangan penglihatan baik sementara ataupun permanen.
Baca juga: Panduan Pencegahan Stroke pada Lansia
Perawatan Pasca Stroke
Ketika di diagnosis mengalami stroke, lansia akan disarankan untuk merubah pola hidup agar kesehatannya membaik. Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan setelah lansia mengalami gejala stroke, diantaranya:
1. Kondisi Pemulihan
Setelah mengalami stroke, lansia tetap bisa memiliki kesempatan untuk sembuh. Fase ini berlangsung di tiga bulan pertama pasca mengalami stroke. Kondisi tersebut memungkinkan untuk terjadi karena otak menemukan cara baru untuk melakukan keterampilan tersebut.
2. Antisipasi Kondisi Kesehatan
Walaupun memiliki kesempatan untuk sembuh, beberapa jenis stroke pada lansia juga bisa mengakibatkan kemunduran kondisi kesehatan. Bisa saja setelah mengalami stroke, lansia mengalai serangan stroke kedua, pneumonia, hingga serangan jantung. Oleh karena itu, keluarga disarankan untuk memberikan dukungan kesehatan pada lansia.
3. Melakukan Terapi
Apabila ingin kondisi lansia lekas membaik, ajak lansia untuk melakukan berbagai terapi. Mulai dari terapi fisik, okupasi, hingga terapi wicara. Melakukan rehabilitasi juga bisa menstimulasi otak, sehingga mempercepat proses penyembuhan pasca stroke.
Memantau kesehatan lansia stroke bisa dilakukan lebih mudah dengan bantuan caregiver atau perawat lansia. Caregiver ID menghadirkan perawat lansia yang berpengalaman dan profesional, sehingga bisa memberikan perawatan terbaik untuk menjaga kesehatan lansia setiap harinya.